Rabu, 19 November 2014

IBD - Bab 6 (Manusia dan Penderitaan)

BAB 6
MANUSIA DAN PENDERITAAN

A.  Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peran individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua orangm hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dari-Nya.

B.  Siksaan
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbulah penderitaan. Siksaan yang sifatnya psikis misalnya kebimbangan, kesepian, dan ketakuan.
Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan, antara lain :
·         Claustrophobia dan Agoraphobia
·         Gamang
·         Kegelapan
·         Kesakitan
·         Kegagalan
Ahli-ahli medis mempunyai pendapat yang berbeda-beda dan banyak penderita yang mempunyai teori tentang asal mula dari ketakutan mereka. Kebanyakan phobianya dimulai dengan suatu shock emosional atau suatu tekanan pada waktu tertentu. Beberapa penderita mengatakan bahwa mereka memang merasa gelisah dan tertekan sejak masih kanak-kanak, tetapi phobia juga dapat berekmbang dalam diri orang-orang yang kelihatannya tenang dan mantap.

C.  Kekalutan Mental
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.
Gejala-gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah
·         Nampak pada jasmani (pusing sesak nafas, demam, nyeri pada lambung)
·         Nampak pada kejiwaannya (rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah)
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
·         Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya
·         Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif
·         Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan

Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental adalah sebagai berikut :
·         Kepribadian yang lemah
·         Terjadinya konflik social budaya
·         Cara pematangan batin
Penderita kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
·         Kota-kota besar
·         Anak-anak muda usia
·         Wanita
·         Orang yang tidak beragama
·         Orang yang terlalu mengejar materi

D.  Penderitaan dan Perjuangan
Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkunga, masyarakat sekitar, denga waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Manusia hanya merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Kelalaian manusia merupakan sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaan. Penderitaan yang terjadi selain dialami sendiri oleh yang bersangkutan, mungkin juga dialami oleh orang lain. Bahkan mungkin terjadi akibat perbuatan atau kelalaian seseorang, orang lain atau masyarakat menderita.
Apabila kita memperhatikan dan membaca riwayat hidup para pemimpin bangsa, orang-orang besar di dunia, sebagian dari kehidupannya dilalui dengan penderitaan dan penuh perjuangan. Pemimpin kita Bung Karno dan Bung Hatta berapa lama mendekam dalam penjara colonial karena perjuangannya memerdekakan bangsa. Demikian pula pemimpin kita yang lain.

E.  Penderitaan, Media Massa, dan Seniman
Media massa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menetukan sikap antara sesame manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni. Sebagai contoh bagaimana penderitaan anak bernama Arie Hangara yang mati akibat siksaan orang tuanya sendiri yang difilmkan dengan judul “Arie Hangara”.

F.  Penderitaan dan Sebab-sebabnya
Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :
·         Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
·         Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan

G.                     Pengaruh Penderitaan

Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.


  • Contoh Artikel / Kasus :

Manusia Gerobak, Kisah Nyata Kemiskinan Ibu Kota



Manusia Gerobak adalah fenomena yang lazim dijumpai di jalan jalan kota Jakarta. Manusia gerobak hidup bebas di jalanan, kolong jembatan, areal pasar, pertokoan, terminal dan stasiun. Mereka tidak memiliki akses pendidikan, kesehatan, air bersih dan tempat tinggal yang layak. Bahkan mereka juga sering dieksploitasi. Manusia gerobak merupakan sebuah kisah nyata kemiskinan ibu kota yang membutuhkan perhatian multipihak.

Disebut manusia gerobak karena gerobak adalah ciri khas mereka. Gerobak yang mereka bawa kesana-kemari fungsinya tidak hanya untuk menampung barang bekas dari hasil memulung, namun gerobak itu juga dipakai untuk menyimpan kebutuhan sehari-hari dan tempat untuk tidur. Gerobak merupakan rumah untuk mereka.

Samsia (46) satu diantaranya, setiap hari Ia menarik gerobak melintasi Kantor Komisi Hak Asasi Manusia (komnasHAM), jalan Latuharhari Jakarta. Hari itu Janda dengan dua orang anak itu mencari barang barang bekas disepanjang jalan Latuharhari dan pasar rumput Manggarai. Samsia mengatakan dirinya mencari barang bekas sejak pagi hingga larut. Samsia tidak memiliki tempat tinggal. Ia biasanya tinggal diemperan toko, taman, pasar, kolong jebatan atau stasiun bersama gerobaknya. Di malam hari Ia bersama anaknya tidur didalam gerobak. Untuk keperluan mandi atau buang air biasanya dilakukan di stasiun atau pasar karena cukup hanya membayar seribu atau duaribu rupiah.

Sebelumnya manusia gerobak seperti Samsia memiliki rumah tinggal sekalipun itu mengontrak rumah diatas tanah ilegal. Disana ada fasilitas listrik juga air. Anak-anaknyapun bisa bersekolah. Tapi, karena hunian mereka itu yang diangap ilegal, mereka digusur. Merekapun pindah ke tempat lain yang kondisinya jauh lebih buruk dari sebelumnya seperti dibawah jembatan atau lahan kosong dengan bangunan seadanya. Namun di tempat ini mereka kembali digusur sampai akhirnya mereka menjadi manusia gerobak. Ketika menjadi manusia gerobak mereka tidak tergusur lagi, gerobak adalah rumah mereka yang selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Komunitas manusia gerobak dan para pemulung juga sering dijumpai di Stasiun Cikini, mereka mencari barang barang bekas dengan gerobak. Di dalam Gerobak itu terkadang ada pula anak anak mereka yang masih berusia balita. Di wilayah Jakarta selatan manusia gerobak mudah dijumpai dibawah jembatan layang Kebayoran atau di bawah kolong jalan Simatupang. Para manusia gerobak ini mulai beroperasi sekitar pukul 06.00 pagi dan pulang sekitar pukul 19.00 malam.

Paling mengkhawatirkan dari manusia gerobak adalah nasib anak anak mereka, praktis tidak sekolah dan tak tersentuh pelayanan kesehatan. Dalam jangka panjang, ini otomatis akan menimbulkan masalah baru karena tanpa pendidikan mereka sulit akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik

Beberapa yayasan sosial seperti Gema Nusantara, Yayasan Bakti Nurul Iman, Yayasan Rumah Singgah Ciliwung, Yayasan Pelita dan Yayasan Kenari memiliki program khusus untuk Manusia gerobak. Beberapa yayasan ini memberi pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan pendampingan anak dan remaja dan menyalurkan donasi pihak ketiga kepada keluarga manusia gerobak.

LKS Gema Nusantara di jalan Tambak Jakarta Pusat, melayani manusia gerobak sebanyak 30 Kepala Keluarga (KK) 120 jiwa Manusia gerobak yang beroperasi di kawasan Jakarta Pusat, pintu air Manggarai dan Taman Proklamasi.

Yayasan Bakti Nurul Iman di Kebon Pala Kampung Melayu melayani manusia gerobak sebanyak 12 KK dengan 45 jiwa di kawasan Jakarta Selatan dan taman Manggarai. Yayasan Rumah Singgah Ciliwung melayani 10 KK dengan 30 jiwa manusia gerobak di kawasan Jakarta Selatan dan yang berada di Rel Kereta Api Manggarai.

Yayasan Pelita melayani manusia gerobak sebanyak 20 KK dengan 80 jiwa di kawasan Jakarta Pusat, Terminal Senen dan taman Monas dan Yayasan Kenari melayani manusia gerobak sebanyak 20 KK dan 80 jiwa di kawasan Jakarta Utara dan di sekitar terminal bus Tanjung Priok.

Kerja-kerja kemanusiaan dari beberapa yayasan ini tentu membutuhkan dukungan dari multipihak. Donasi langsung disalurkankepada yayasan tersbut melalui kontak yayasan berikut. Yayasan Bhakti Nurul Iman. Jl. Kebon Pala II RT/RW:06/05 No. 24 Kel. Kampung Melayu-Jatinegara (021)-837-05120. Yayasan Pelita Ilmu Jl. Kebon Baru IV No. 16, Asem Baris, Tebet, Jakarta Selatan 12830 (021) 837-95480 dan Yayasan Kenari, Jl. Kenanga 21, Rawa Badak,Koja, Jakarta 14230 tlp. (021)-448-35504


Referensi Contoh :
http://www.indonesiafightpoverty.com/2014/03/19/manusia-gebobak-kisah-nyata-kemiskinan-ibu-kota/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar